Minggu, 04 Desember 2016

membedakan warna pokok

Warna sebetulnya merupakan salah satu unsur sebuah desain, di samping garis, bidang, bentuk,  dimensi, ruang, tekstur, nada (gelap terang), dan arah. Sebagai sebuah unsur desain, tentu ada kaedah-kaedah tertentu yang harus diperhatikan sebagai pedoman  bagi seorang desainer.
a. Lingkaran Warna
Lingkaran atau piring warna adalah susunan melingkar (siklus) dari beberapa warna pokok (primer) dan beberapa warna turunannya (sekunder).

warna1.jpg
Warna primer atau warna pokok adalah warna-warna yang tidak dapat dihasilkan dari pencampuran warna lainnya. Dari pengertian di atas maka hitam, putih, emas dan perak dapat dimasukkan dalam kategori warna pokok. Namun karena hitam, putih, emas dan perak tidak menampakkan kroma tertentu, maka warna-warna tersebut danggap bukan warna. Bahkan sebahagian orang ada yang mengelompokkan hitam dan putih sebagai ‘warna netral’, dapat dipasangkan sebagai penetralisir bagi warna apapun. Dengan alasan tersebut, maka warna pokok hanya terdiri dari warna kuning, merah dan biru. Skema warna di atas dikenal juga dengan skema warna triadic karena masing-masing warna tersebut terletak pada titik sudut segitiga sama kaki dalam lingkaran warna.
Apabila dua warna pokok dicampurkan dengan kadar yang sama (100% : 100%), maka dihasilkan sebuah warna baru yang dinamakan warna ke dua (sekunder; dari kata second) atau warna turunan.
warna2.jpg
Dari percampuran warna merah dan kuning menghasilkan warna oranye, merah dengan biru menghasilkan ungu, sedangkan biru dengan kuning kita dapati warna hijau. Oranye, ungu dan hijau adalah warna sekunder.
Di antara merah dan ungu, masih terdapat  jutaan gugus warna merah keungu-unguan atau ungu kemerah-merahan yang tidak terhingga banyaknya. Demikian juga antara ungu dan biru, kuning dan oranye, oranye dan merah, biru dan hijau serta hijau dengan kuning.
warna4.jpg
Rentangan warna yang bersebelahan yang berjumlah jutaan tersebut dinamakan ‘Warna Analogus’. Warna yang berdekatan ini sering juga dinamakan warna-warna harmonis dan senada (matching), seperti  kuning merentang hingga hijau. Hijau merentang hingga biru. Biru merentang hingga ungu, dan seterusnya.
warna18.jpg
warna19.jpg
warna17.jpg
Kesan kontras dapat dilihat jika warna komplementer ini didekatkan satu dengan yang lainnya. Jika dalam penampilan (busana) warna ini tabu untuk disandingkan, namun dalam desain grafis (cetak) atau desain grafis multimedia, para desainer terkadang sengaja menempatkan warna-warna ini dalam satu frame agar media tersebut mempunyai greget dan tekanan (emphasis). Sebagai contoh dapat kita lihat beberapa ilustrasi di bawah ini:
warna5.jpg
warna6.jpg
Dari contoh di atas dapat kita analisa, seandainya merah dengan hijau (sebaliknya) didekatkan, paling tersamar sosoknya dibandingkan dengan perpaduan warna yang lainnya. Hal itu  disebabkan kroma yang tidak cukup untuk saling menunjang dalam memberi tingkat kecerahan satu dengan yang lainnya. Untuk menyiasati hal ini, para desainer biasanya memberikan hitam atau putih sebagai penetralisir (penengah) agar ke dua warna ini tidak saling ngotot. Karena hitam masih terlalu ‘gelap/berat’ untuk bisa mengangkat kroma ke dua warna ini, maka alternatif ke  dua dicoba yaitu dengan memasukkan putih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar